Feeds:
Posts
Comments

Archive for the ‘never mind, just forget it.’ Category

When I first saw you, I saw a different thing inside

And when I saw you, I saw a dream

A possibility where I could hang my hope on

You are the one; I have two options for my self: waiting till you stand by my side and waiting till God say that you are not the right man.

But it isn’t so easy for me to open my mouth and say everything I want

I’m scared

I have so many weaknesses

I have so many doors closed

I need time to open this all and I need to collect this bravery.

I am scared because you are the one on whom I want to hang my hope

I just need a little time of yours, to wait.

Please, I am trying to open my whole self.

Read Full Post »

Last time, I never let my self wait for something uncertain.

This is different however.

I let my self wait for uncertain thing. I am here, sit on my seat.

Doing nothing except waiting.

He makes me believe that he is the only one I look for.

Last time, I never put my mind in one person.

I put it in the crowded place.

Not just focusing in a person.

But he makes me broke my own rule, my mind is just focusing on him.

I also never emboldened my heart to love someone and just love someone.

I never loved someone as brave as now I do.

I was afraid to fall, but now, falling is not a matter.

You inspire me, you convince me.

And I have to make an exception, exemption.

It’s you.

I am brave to love you, I put all my attention in you, and I am waiting for you.

You are that someone.

Read Full Post »

He makes his woman feels lucky

He loves her sincerely

Save his woman and save their heart

so, it will be still warm.

He is so different, so special

Because of his woman

Because of his heart

He looks everything by affection, not grade

He is so different

If I met him before her

But, would I wanna break a perfectly good heart?

No.

It’s their story, between him and her

and finally, I know; she is not me =’D

If in this world, a boy like him still exists

Hope, he will be mine

You’ll never know how I wish;

I want to feel as lucky (or more) as her.

Read Full Post »

if;
Every single word is said, there will be no secret.

Every action is just marked whether it’s right or wrong, there will be no forgiveness.

Every moment that we think is just the failure, there will be no hope.

Everything is looked as an advantage or a disadvantage, there will be no affection.

Loving someone doesn’t need clear words, it may be a secret but our hearts know it well.
I love you with my affection and kept by hope. I have unlimited forgiveness for you here; deeply but that’s all a secret.

😀 unfortunately I have no secret about anyone.

Read Full Post »

Berantakan.

Dunia luar semarak oleh berita, gosip, hiburan.

Gaya hidup juga.

Hingar bingar teman disana yang suaranya menyentuh kaca jendela.

Berantakan.

Sedikit longgar, atau  kosong.

Sedikit remang, atau gelap.

Tak ada angin atau hampa.

Semuanya diam.

Berita tak sampai.

Hingar bingar tertahan.

Mungkin hanya suara yang beritme tetap.

Kadang hujan.

Berantakan .

Sendiri dan menyendiri.

Menyendiri hingga sendiri.

Berkedip dengan pikiran yang berkutat.

Hanya pada itu.

Kosong.

Tak ada air mata lagi.

Tak ada kata cinta maupun patah hati lagi.

Kenyataan yang merubah semua.

Hingga berantakan.

Merasakan apa aku tak peduli.

Karena berantakan.

Semuapun aku tak peduli.

Karena lebih baik aku tak peduli.



Read Full Post »

kuingin

waktu selampau lalu

Seribu penyesalan.
Perpisahan tanpa sepatah kata.
Kulihat dia bersiap, dan akhirnya berjalan pergi.
Memanggil untuk membuatnya menoleh pun tak sanggup kulakukan.

Hanya ingin dia berkata sapa perpisahan .
Agar hati rela, tak kembali kalut lagi dan lagi.
Dia tak tahu remuk redamnya hati, hati yang tak kuasa berbuat.
Semakin letih dengan diamnya.

Buat aku rela, buat aku ikhlas.
Agar bahagia kulihat wajahmu dalam rekaman memori,
dalam lembaran album yang menjadi saksi perjalanan.

Read Full Post »

Tak terlalu tinggi kuangankan.
Dan tak terlalu manis kuharapkan.
Karena jatuh bisa sakit dan rasa bisa pahit.

Kusuka sekarang.
Tiada beban angan dan harap.
Jalan sejalan.
Terbang melayang.
Renang mengambang.

Tunggu saja angin.
Tak adapun tak apa.
Di sini masih ada udara,
meski tak bergerak.

Ah dia itu.
Tak perlu diharap atau diangan.
Cukup dilihat dan dirasa.
Biar angin yang mendorong.

Ah senyumnya itu.
Tak usah mencoba membuatnya nampak.
Biarkan saja nanti juga muncul.

Ah matanya itu.
Ah hidungnya itu
Ah rambutnya itu.

Ah hatinya itu.
Yang takkan kuselami.
Biarlah kulihat permukaan hatinya.
Tapi rongga dalam hatinya, biar dia yang tahu.
Dan orang yang ingin dia tahu yang tahu.

Cukup di sini.
Merasa yang ada.
Melihat yang nampak.
Dan tersenyum cukuplah.

Mengharap butuh hati.
Mengandai butuh pikiran.
Tapi keduanya takkan kugunakan kali ini.

Kusuka kau tapi tak kuharap.
Kupuji kau tapi tak kuandai.

Read Full Post »

Mendung seharian. Beberapa waktu gerimis. Tak tahu alam tahu dilemanya atau bagaimana. Dia yang hampir meninggalkan kota dan kenangan, kawan dan cinta. Hanya jarak, tapi jarakpun juga merupakan besaran pemisah. Dia kira waktu ini takkan hadir. Mungkin masih akan menunggu dua bulan lagi, kemudian satu bulan, tiga minggu, satu minggu, tiga  hari, akhirnya sampai juga. Sebelumnya memang sudah ada kata yang dia harap mampu menguatkan cintanya agar kuat dan percaya padanya. Tapi sebenarnya kata-kata itu juga diharap mampu meredam gejolaknya sendiri. Tanpa keluarga dia berusaha mandiri, tanpa kawan dia akan dapatkan yang mampu mengisi harinya, tetapi tetap berhubungan dengan kawan lawas. Tetapi tanpa cinta di sampingnya. ? Cintanya yang  berbeda dengan artis idolanya. Tapi cintanya memang yang benar-benar ia butuhkan, sebagai penyelaras hidupnya.
Antara semangat dan lunglai. Dunia baru dan citanya dengan kenangan kawan dan cinta. Ah, klise. Sinetron. Dulu. Tapi pastinya sinetron ada karena ada pengalaman. Sekarang dia yang kebagian mendapat pengalaman. Bola mata yang bundar dan mungil badan cintanya ingin ia dekap kembali. Dia ingat bagaimana dahulu ia meyakinkan cintanya, menghapus air mata dan memberikan senyum mantap agar cintanya tak kalap ditenggelamkan rasa kehilangan.
Pukul 21.05. ada cintanya disamping. Kawan-kawan juga sudah berkumpul. Dia berfikir,dulu sutradara sampai malu memakai latar stasiun atau bandara dalam scene perpisahan, tapi tak ada film atau sinetron kali ini. Sejarah yang akan tinggal di sini. Semua kawan ia jabat, kawan yang memberinya rangkaian abjad hingga tertulis cerita manis yang diberi judul SOLACE. Tapi sebenarnya antara ragu dan ingin memandang mata cintanya. Ia ragu karna takut mata peri ini basah hingga ia tak sanggup beranjak. Tapi ia ingin membawa sebanyak-banyaknya rekaman memori akan pengisi hatinya. Dalam dan sedikit remuk.
Menata barang di atas dan di bawah tempat duduknya hampir rampung. Kawan-kawan berteriak di luar gerbong memberi sejuta pesan dan seribu harap agar ia akan tetap menjadi teman baik mereka. Tapi si manis ini ada di sampingnya. Sejuta kata ingin kasihnya ini ucapkan, tapi tertahan karena sejuta kata itu berlomba meluncur dari mulutnya. Semua kata-katanya tergantikan oleh cucuran air matanya yang tak disuruhnya namun keluar begitu saja. Siapa yang akan memberinya senyuman hangat besuk. ? Siapa yang akan datang ke rumahnya dengan membawa makanan berbeda tiap minggunya, ? Sejuta pertanyaan yang menggambarkan rasa kehilangan menyeruak di benak cintanya hingga semakin deras aliran air mata cintanya itu. Dia.  Betapa berat dan sakit ia melihat kasihnya menangis tanpa daya. Perasaan yang terluka, bukan badannya, sehingga ia untuk pertama kalinya menangis karena terluka. Sebentar memeluk kasihnya dan yakinkan kasihnya dalam keyakinan yang dipaksakan agar bertahan di sini. Memohon seribu doa dan kepercayaan, karna ia tahu kasihnya cepat atau lambat takut kehilangannya.
21.18. Ia dan cintanya sudah berada dalam bagian yang berbeda. Kini lantai yang dipijaknya sudah berjalan, meninggalkan lantai cintanya. Segerombolan kawannya melambaikan tangan, iapun melambaikan tangannya tetapi matanya terpaku pada gadis bersampul jaket putih itu.

Mampukan dirimu, semampu-mampunya
Yakinkan dirimu,seyakin-yakinnya
Jika aku pergi untukmu, maka aku akan datang lagi untukmu
Dengan hati yang masih utuh dan perasaan yang masih sama
Kuatkan aku, sekuatmu
Pegang aku, seeratmu
Kasihmu menemaniku dan doamu melindungiku
Katakan padaku kalau kau sanggup
Tapi katakana pada-Nya kalau kau tak sanggup
Jaga dirimu, jaga diriku
Hias cintamu, hias cintaku.

Datang lagi, sebagai aku
Aku yang akan lebih baik, tetapi tetap aku
Aku yang milikmu, aku yang mencintamu.
Sambutlah aku,sebagai kamu
Kamu yang lebih tulus, tetapi tetap kamu
Kamu milikku,kamu yang mencintaku.
Tetap jadi penyelarasku.

Read Full Post »

Kuselusuri lorong itu. Kucari-cari sambil melihat papan yang ada di setiap persimpangan. Kukira takkan ada yang terlalu berbeda. Setiap kali memang ada kejutan-kejutan kecil darinya. Kadang membuatku iri, ah bukan iri,kagum. Aku tak sepandai dia,entah memadupadankan warna dan model, atau dalam membuat diri tampak anggun. Pink dan hitam.

Kulewati jalan yang lebih terang,tetapi tetap saja muram. Ada gerombolan kecil di tepi. Ah itu dia. Feminin. Di rambut yang sedikit lebih panjang dari terakhir kulihat tertempel bando dengan hiasan kupu kecil di bagian kanan.

Tetapi ada yang berbeda kali ini, sangat berbeda. Matanya. Setiap bertemu,kami selalu berteriak ceria saling memanggil. Tidak kali ini. Dia menatapku dengan sisa-sisa air mata dan menyebut namaku lirih. Glek :~. Tetapi teman sampingku yang sedikit dibelakangku memanggil namanya riang. Ah, salah gaya pikirku. Dia merasa,lalu merubah rona wajahnya.

Kuhampiri, lebih dekat , semakin jelas, ia terisak dan sebentar kupeluk,kemudian berganti temanku. Mamanya, sama, menangis. Kujabat. tetapi kata-kata menenangkan gagal keluar dari mulutku. Hanya wajahku yang kurasa sedikit tertekuk ingin mengambil sedikit kesedihannya.

……

Tak terdengar jelas bagaimana kronologisnya,hanya motor papa, ring road dan mobil yang terdengar jelas dari sela isak tangisnya. Tanganku di belakang punggungnya, kuusap-usap tanda ingin menenangkan. Tapi berat ingin bersuara. Bersuara apa. ? sabar, sudah kuulang ratusan kali. Tenang, sama. Apalagi. ? tak tahu.

UGD kemudian ICU. Detak jantung memakai alat, tapi aku tak tahu alat yang mana itu,banyak alat disitu. Mungkin teman sampingku,calon dokter, yang tahu. Dari pagi sampai sore itu belum sadar. Bagaimana rasanya. ? apa dia sedang berfikir. ? atau jalan melayang dan melihat putrinya terisak. ? atau. ? ah, tak tahu.

Kerabat dan tetangga, mungkin, juga ikut melihat dari balik jendela. Ada yang bilang kasihan, pasti sembuh,dan banyak kata lagi. Tetapi ada yang menangis lebih keras dibandingnya. Bagai diremas jantung kami. Teman lawasku kini sedang tenggelam dalam kesedihannya. Kuingat dia,kuingat papa dia, kulihat dia,kuingat mama dia, kulihat mama dia. sakiiitt. Ternyata jauh lebih sakit dan jauh lebih miris dibanding di tv. Beda ya sama di tv. ? teman sampingku mengatakan apa yang kupikirkan. He’em.

24 jam (sepertinya tepat) setelah dengan berat hati kami beranjak…

Sabar, mama, sabar, dimana, sabar, tenang, sabar, besuk, sabar , Tuhan. Dalam telepon.

Sejarah. Kenangan.

Kubenci hal itu.

Karena yang ada saat yang lain tak ada.

Yang lebih kaya saat yang lain lenyap.

Yang muncul saat yang lain musnah.

.jangan jadikan dia sejarah…

Dia bisa menyayangi. Sejarah. ?

Dia bisa memberi. Kenangan. ?

Tak usah berandai karena mesin waktu memang taka da (kata ucup)

Tak usah berandai, karena saat “andai”an itu selesai, kau akan jatuh lebih sakit.

Bagikanlah saja kesedian itu pada kami.

Supaya meski sakitpun, itu lebih ringan.

Supaya meski hancurpun, itu tak lebur.

::papamu jadi bagian papaku. Kini masih ada ayahku, dia pasti tak keberatan jadi bagian ayahmu::

Read Full Post »

-biasa-

satu ini mungkin akan ada tetap disini.
meski sudah kusiapkan kata-kata, dengan lebih sekedar rapi.
kucari padanannya agar tak terlihat ganjil,untuk telingaku saja.
kuingin yang biasa saja.
hanya sebuah yang biasa dan dengan kata yang biasa.

tapi sepertinya tidak bisa hanya biasa.
dia tidak biasa melihat aku biasa.
mereka juga tak menganggap kami biasa.
padahal biasa,kuingin mereka pikir.
tapi nyatanya sedikit tak biasa.

jika ke’biasa’anku berfikir tentang ini.
ah biasa,kan biasa saja.
katakan dan berikan dengan biasa saja.
toh tak ada yang luar biasa.

jika ke’biasa’anku diputar,atau cukup dibalik.
ketidak’biasa’an.
sebiasa-biasanya kamu biasa,tetap tak biasa.
sekarang saja sudah terlihat tak biasa.
besuk bertemu,setelah berikan sesuatu yang (kupikir) biasa,pasti lebih tak biasa jadinya.

coba pikir biasa
karena aku ingin semua biasa
kalaupun ada yang sedikit tak biasa,itu milikku saja.

-untuk yang (kali ini) sedikit tak biasa-

Read Full Post »